Analyze poverty with empowerment BMT

Gejolak ekonomi yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia akhir-akhir ini menjadi sebuah persoalan serius. Pertanyaan besar kita (baca: masyarakat) adalah kenapa hal ini bisa terjadi? Apakah ekonomi liberal sudah tidak sesuai dengan jaman? Atau memang karena sistem sesuai?
Seperti kita tahu, sistem ekonomi saat ini secara umum didasarkan pada mekanisme pasar, sehingga tuntutan pasar akan ditentukan kekuatan pemodal. Ekses lebih jauh adalah orang yang punya uang (modal) semakin bisa menciptakan (mendikte) pasar untuk menambah kekayaannya. Dengan kata lain ternyata sistem ekonomi sekarang lebih memperlebar jurang kemiskinan.
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan gerakan pemberdayaan ekonomi. Seperti yang telah dilakukan oleh Muhammad Yunus dengan pola Gramend Bank-nya. Menurut dia, kemiskinan bukan karena ketidakmampuan seseorang dalam memperbaiki taraf hidupnya, tetapi lebih karena belum adanya kepercayaan terhadap kemampuan mereka. Hal ini telah dibuktikan M.Yunus, dengan uang stimulan yang tidak banyak (pribadi) bisa memberdayakan mereka. Dan yang lebih penting lagi adalah basis mereka adalah kalangan mikro, karena kalau kita cermati kalangan mikro adalah penyumbang terbesar dalam sistem ekonomi khususnya di Indonesia.
Berbicara gerakan ekonomi mikro tak salah jika sekarang menyebut peran salah lembaga mikro (syariah) yaitu BMT. Perkembangan dan sepak terjang BMT luar biasa.
Hal ini terlihat dari antusias masyarakat yang mulai menggunakan jasa layanan BMT. Selain itu juga terlihat dari banyaknya BMT yang muncul dan berkembang. Hal ini mungkin didorong oleh kesadaran masyarakat yang mulai timbul dan juga dipicu adanya kinerja positif, produk dan fasilitas yang diberikan. Menariknya, kini secara umum sudah terdapat sinyal-sinyal yang menunjukkan bahwa masyarakat lebih tertarik untuk bergabung dengan perbankan syariah (termasuk BMT) dan meninggalkan dunia perbankan konvensional dengan semakin baiknya kinerja dan persepsi masyarakat.
Gejolak ekonomi Nasional yang terjadi sejak tahun 1998 ternyata tidak membuat BMT goyah. Bahkan dalam satu dasawarsa terakhir semakin banyak tumbuh dan berkembang BMT. Karena sejalan dengan filosofinya, BMT adalah lembaga pemberdayaan dengan tujuan saling menguntungkan. Faktor inilah yang menjadikan BMT bisa digunakan sebagai alat mengurangi kemiskinan dengan model pemberdayaan.
Hal ini yang menjadi salah satu alasan para pelaku bisnis mulai tertarik mendalami dan terjun langsung di dunia BMT. Dengan proses yang tidak rumit, seorang pelaku bisnis yang mempunyai modal dapat dengan mudah mendirikan BMT. Namun, tidak semudah pendiriannya, proses pengembangan dan pengendalian BMT memerlukan sumber daya insani (SDI) yang berjiwa wirausaha dan ketelatenan serta keuletan yang tinggi. Hal itulah nampaknya yang kurang diperhatikan dalam pendirian BMT.
Muncul dan berkembangnya BMT memang tidak terlepas dari berbagai faktor. Pertama, bisnis ini pada masa awalnya terkesan mudah dan gampang dilakukan. Dengan modal seadanya orang bisa membuat BMT. Saking begitu gampangnya sehingga kadang banyak sebutan yang dialamatkan kepada BMT dengan nada miring, dari rentenir syariah, penagih syariah dan sebagainya. Selain dari sisi hukum juga masih dipertanyakan banyak orang.

HC Adi Kistoro
BMT Consultants, Living in Yogyakarta
This entry was posted on 4:50 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: